Siapkan Apa Yang Akan Anda Petik

Oleh: Muhammad Nuh


“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri….” (Al-Isra’:7)

Maha Suci Allah Yang telah menurunkan Islam melalui Rasul-Nya yang mulia. Islam menjadi bukan sekadar indah. Tapi, mudah dan penuh berkah. Seperti halnya hujan, siraman Islam mampu menumbuhkan bibit-bibit kebaikan yang pernah dianggap mati.

Setiap orang akan menuai apa yang ditanam
Tidak semua orang mampu berpikir panjang. Apalagi dengan perhitungan yang teliti. Itulah kenapa tidak sedikit yang melakukan sesuatu cuma buat keuntungan sesaat. “Yang penting saya untung, peduli amat orang lain!”

Padahal, alam mengajarkan bahwa aksi sama dengan reaksi. Apa yang diterima alam, itulah yang akan diberikan ke manusia. Ada banjir karena keseimbangan alam terganggu: penebangan hutan, buang sampah ke sungai, dan lain-lain.

Begitu pun dalam pergaulan sesama manusia. Kita akan menerima apa yang telah kita berikan. Jika kebaikan yang kita berikan, balasannya pun tak jauh dari kebaikan. Bahkan, mungkin lebih.

Para pedagang, baik barang dan jasa, paham sekali rumus ini. Kalau mereka ingin mendapat kebaikan dari konsumen, pancingannya pun dengan sesuatu yang baik. Ada pedagang yang menyediakan air minum kemasan gratis, keramahan para pelayan, bahkan ruangan khusus untuk menunggu. Mereka menganggap: konsumen adalah raja.

Dalam dakwah pun seperti itu. Dakwah akan diterima mudah jika seluruh kemasannya selalu baik: penyampaian yang santun, isi yang tidak meresahkan, perhatian yang tidak pernah putus, dan tentu saja, bukti kongkrit si penyampai yang selalu baik. Kalau ini yang terus bergulir, para pelaksana dakwah tidak perlu repot-repot mengarahkan ke mana suara umat saat partisipasi mereka dibutuhkan.

Jika kita tidak ingin keburukan, begitu pun orang lain
Semua orang ingin mendapatkan yang baik. Begitu pun sebaliknya. Tak ada yang ingin dapat yang buruk. Cuma masalahnya, sikap itu tidak diiringi dengan aksi yang positif. Ketika dapat ingin yang baik, tapi saat memberi selalu yang buruk.

Sebenarnya, ketika seorang melakukan sesuatu yang buruk, saat itu juga ia sedang berharap ada keburukan yang akan ia terima. Disadari atau tidak. Sayangnya, jarang yang mau bercermin diri: apa yang telah saya lakukan. Lebih banyak mana: baik atau buruk. Baru kemudian, kenapa orang lain berbuat buruk pada saya?

Al-Qur’an bahkan mengajarkan untuk membalas keburukan dengan cara yang terbaik. Allah swt. berfirman dalam surah Fushilat ayat 34. “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.”

Ini memang berat. Ajaran ini lebih tinggi dari sekadar kebaikan berbalas kebaikan, dan keburukan berbalas hal serupa. Lebih dari itu, memberikan reaksi dari sebuah keburukan dengan sudut pandang positif. Dan hasilnya sangat luar biasa. Keburukan bukan hanya hilang, tapi berganti dengan kebaikan.

Itulah yang dilakukan Rasulullah saw. saat penaklukan Mekah. Tak seorang pun yang ditakut-takuti, disiksa, atau hukum mati tanpa sebab. Justru, yang keluar dari mulut Rasulullah saw. adalah pengampunan dan perdamaian. Inilah yang menjadikan Mekah berubah seratus delapan puluh derajat. Drastis! Orang yang dulu memusuhi Islam menjadi pembela Islam.

Berpikirlah apa yang bisa diberikan, bukan yang diterima
Semangat berbuat baik memang tidak akan tumbuh dari mereka yang punya sikap pasif. Ketika yang dipikirkan seseorang cuma bagaimana menerima, darimana datangnya penerimaan; seluruh otot aktivitasnya menjadi mandul. Semangat berbuat baiknya sudah mati sebelum fisiknya benar-benar mati.

Tentunya, sulit mendapatkan sesuatu yang positif dari orang tipe ini. Jangankan membalas keburukan dengan kebaikan, mengawali kebaikan pun terasa berat. Semua aktivitasnya terkungkung dalam kalkulator sempit. Hitungannya selalu pada keuntungan materi sesaat. Bukan sesuatu yang lebih mahal dari sekadar materi. Antara lain, ketenangan, keharmonisan, cinta dan persaudaraan.

Tokoh Anwar Ibrahim mungkin salah satu contoh baik. Mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia ini pernah difitnah secara keji. Tidak tanggung-tanggung, ia dituduh pelaku korupsi dan kejahatan homoseksual. Namun, seluruh warga tempat tinggalnya siap menjadi saksi: bahwa Anwar mustahil seperti yang dituduhkan. Itulah buah baik yang selama ini telah ditanam Anwar. Masyarakat sekitarnya, tanpa diminta pun, siap menjadi pembela.

Siapkan awal buat akhir, bukan sebaliknya
Seorang mukmin punya visi tersendiri tentang amal kebaikan. Kebaikan bukan sekadar tuntutan pergaulan universal, tapi sebagai bekal di hari kemudian. Itulah investasi atau tabungan yang tidak pernah rugi.

Allah swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hasyr:18)

Masalahnya, kesadaran itu kadang larut dengan gemerlap dunia materialistis. Kebaikan bergeser dari tabungan buat akhirat menjadi hitung-hitungan untung rugi. Berapa yang telah dikeluarkan, dan berapa yang akan diterima. Inilah akhirnya, orang menjadi miskin bekal. Jika itu yang terjadi, kesudahan selalu berujung pada penyesalan.

Maha Benar Allah swt. dalam firman-Nya, “Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Al-Zalzalah:7-8)

By : www.dakwatuna.com

TRADISI SYAWALAN (KRAPYAK-AN)

Oleh : A. Maulana

Setelah berpuasa selama sebulan penuh dan tiba saat dimana semua umat muslim merasa kembali fitri, itulah hari idul fitri yang jatuh pada bulan syawal. Pada bulan ini rasa persatuan dan persaudaraan antara umat muslim sangat kuat, karena dibulan ini pintu maaf antar sesama muslim akan terbuka lebar, segala macam masalah dan permusuhan baik yang sudah terjadi ataupun tersimpan dihati sebisa mungkin akan kita babat habis sehingga yang timbul adalah rasa saling memaafkan dan rasa persaudaraan yang dimasa-masa sebelumnya sempat pudar. Karena Alloh SWT pun telah mengingatkan kita semua tentang pentingnya persatuan dan persaudaraan Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Alloh, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Alloh kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Alloh mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Alloh, orang-orang yang bersaudara, dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Alloh menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Alloh menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk” (Q.S. 3:103).

Dibulan syawal ini tepatnya satu minggu setelah hari Idul Fitri, disalah satu pinggiran kota Pekalongan tepatnya di kelurahan Krapyak akan punya hajat besar yang diadakan satu tahun sekali yang orang Pekalongan sering menyebutnya tradisi Syawalan (Krapyak-an). Yaitu tradisi dimana semua warga Krapyak akan melakukan open house dan menjamu masyarakan kota Pekalongan dan sekitarnya, tentunya dengan jamuan yang khas pula yaitu LOPIS Raksasa dan beberapa hidangan lainnya, disana akan berkumpul ratusan manusia untuk saling bersilaturahmi baik ke tempat saudara, teman, atau mencari saudara baru, mungkin bagi sebagian remaja adalah ajang untuk mencari pacar. Selain berbagai menu hidangan yang sudah ada tersebut juga akan diadakan berbagai macam hiburan disudut-sudut gang mulai dari komedi putar sampai orkes melayu yang penyanyinya berpakaian seksi-seksi dan yang pasti membangkitkan syahwat bagi sebagian penonton laki-laki, dan disepanjang jalan (Jl. Jlamprang) serta semua gang akan dilalui banyak orang dengan berbagai macam dandanan dan style mereka masing-masing yang cenderung mengikuti trend mode kebarat-baratan (untuk anak perempuan berpakaian yang memperlihatkan pusar dan celana dalam bagian atas) wow..., begitulah kurang lebih gambaran suasana yang terjadi pada acara Krapya-an tersebut. Fenomena tradisi Syawalan (Krapyak-an) tersebut memang ada beberapa kegiatan yang sangat baik untuk mendidik masyarakat saling berbagi, dan meningkatkan hubungan sesama manusia Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (Q.S.5:2).

Tapi dalam perkembangannya acara tradisi Syawalan (Krapyak-an) itupun tidak lepas dari pengaruh budaya barat yang negatif sehingga sangat bertentangan dengan akidah masyarakat Islami didaerah itu, yang notabene sebagai pelaku dari tradisi tersebut. Dan sangat mencemari semangat hari raya Idul Fitri yang mengajak kita untuk kembali suci setelah berpuasa sebulan penuh dibulan ramadhan. Mata kita yang pada saat bulan ramadhan diproteksi dari pandangan-pandangan negatif dan hanya untuk melihat hal-hal yang diridloi Alloh, menjadi liar kembali pada saat melihat kemolekan dan keseksian tubuh dari penyanyi-penyanyi dengan pakaian minim yang mengisi acara orkes melayu didalam tradisi syawalan tersebut, hilang sudah semua ilmu tentang moral dan akidah Islam yang digembor-gemborkan pada saat kuliah subuh atau pengajian-pengajian yang pada saat bulan ramadhan begitu ramai. Dan rasa takut kepada Alloh SWT dengan mudahnya terkikis oleh kondisi tersebut, pergaulan antara remaja putra dan putri sudah tidak ada batasannya, mereka tidak punya rasa malu saling bergandengan tangan bahkan berangkulan dimuka umum padahal status mereka bukan suami-istri, rasa malu pada orang-orang yang lebih tua sudah hilang apalagi terhadap Alloh SWT naudzubilla mindalik. Pada bulan ramadhan Masjid-masjid penuh sesak dengan jamaahnya pada saat panggilan sholat berkumandang, tapi pada saat acara Krapyak-an tersebut masjid-masjid menjadi sepi kembali, para pengunjung acara tersebut sepertinya acuh mendengar suara para muadzin yang mengumandangkan Adzan, sebagian mereka asyik dengan kesenangannya masing-masing. Sebenarnya masih banyak perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan akidah Islam yang terjadi di dalam tradisi tersebut, sebernarnya tradisi Krapyak-an tujuan awalnya sangat mulia yaitu untuk mempersatukan umat serta menegakkan syariat, tetapi seiring dengan era globalisasi ini dimana budaya-budaya yahudi mendominasi di kehidupan masyarakat ini akankah nilai-nilai Islam lenyap? Bukankah Alloh SWT sudah mengingatkan kita dengan firmanNya dalam Alqur’an Mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka. Namun, Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci(Q.S.61:8). Dari Firman Alloh SWT tersebut apakah kita semua dan para pemimpin didaerah tersebut baik itu eksekutif, legislatif maupun kyai-kyai atau ustadz-ustadz akan membiarkan tradisi yang bernuansa Islam dan sangat positif bagi kehidupan berbangsa itu akan terkotori oleh setan-setan yang berbentuk manusia yang sudah lupa dengan Alloh SWT dan lebih mengumbar nafsunya dengan cover tradisi suci. Mungkin hanya masyarakat setempat yang bisa mengubah tradisi tersebut agar benar-benar menjadi kegiatan yang bernuansa Islam, mungkin akan sangat indah apabila pada saat acara tersebut disetiap pojok-pojok gang yang selama ini hanya mempertontonkan kemaksiatan oleh orkes melayunya diganti dengan pengajian-pengajian yang mengkaji kitab-kitab (Al-Quran dan Hadist) atau membahas masalah akidah Islam, tentunya dengan tetap mempertahankan kegiatan-kegiatan yang bersifat positif dan tidak keluar dari rambu-rambu syariat Islam. Sudah saatnya kita semua berbenah untuk menjalankan syariat secara total setelah selama ini kita lalai dengan aktivitas kita mengejar kesenangan semu yaitu kesenangan dunia sampai-sampai melupakan kewajiban kita sebagai manusia yaitu untuk selalu Ihsan kepada Alloh SWT, jangan sampai Alloh SWT marah dan menimpakan azab kepada kita.“Katakanlah: " Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya)” (Q.S.6:65). Dan dari Firman Alloh SWT tersebut harusnya kita semua sadar bahwa kita hidup di negara yang sangat rawan terhadap bencana alam, seperti akhir-akhir ini gempa bumi sangat akrab dengan kita. Jangan sampai dengan kelalaian kita selama ini akan mengakibatkan azab Alloh SWT menimpa kita, karena kemurkaan Alloh SWT yang mendatangkan azab adalah hasil dari perbuatan manusi sendiri “Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka” (Q.S.7:78).

Mungkin akan sangat indah apabila Idul Fitri tahun ini menjadi momentum untuk perubahan yang lebih baik agar kelurahan Krapyak bisa menjadi pioner berdirinya kampung-kampung muslim di kota Pekalongan yang bisa menyebarkan semangat “Rahmatan lil 'Alamin” sehingga kelurahan Krapyak menjadi kampung yang dihormati dan disegani karena perilaku masyarakatnya yang Islami dan budayanya yang sesuai dengan Syariat Islam. Marilah kita bersama-sama berhijrah ke jalan Alloh SWT karena “hijrah yang sesungguhnya adalah ketika manusia mampu meninggalkan segala bentuk perbuatan buruk” (Al Hadist). Perbuatan buruk yang dimaksuk dalam hadis tersebut ialah kemaksiatan yang berkaitan dengan masalah moral dan hukum. Dan bagi para pemimpin di kota Pekalongan baik itu di pemerintahan maupun para Kyai atau ustadz, sudah saatnya bapak-bapak atau ibu-ibu yang terhormat berani menunjukkan nyalinya untuk memulai perubahaan, jangan takut kehilangan masa atau jamaahnya, karena kecintaan terhadap Alloh SWT adalah yang paling utama jika dibandingkan dengan kecintaan manusia terhadap dunia, kecintaan pemimpin terhadap rakyatnya dan ulama terhadap jamaahnya bisa menjadi tidak bermakna apabila mengakibatkan mereka mengingkari Alloh SWT dan tidak peduli lagi terhadap ketetapan Alqur'an dan Sunah yang menjadi dasar bagi kehidupan manusia didunia, Wallahu alam bishshowab.

KENAPA HARUS BER-TAUHID

Tauhid Dalam Penghambaan Dan Tujuan [Tauhid Uluhiyah]

[1]. Allah Ta'ala Maha Esa. Tidak ada seorang pun yang menjadi sekutu bagi-Nya, baik dalam ciptaan dan kekuasaanNya, dalam penghambaan dan pengabdian kepadaNya, serta dalam asma dan sifatNya. Dia-lah Rabb Semesta Alam. Hanya Dia sendiri yang berhak dengan segala macam ibadah.

[2]. Mempersembahkan ibadah, seperti berdoa, meminta perlindungan, memohon pertolongan, bernazar, menyembelih kurban, tawakal, takut, berharap dan mencintai selain kepada Allah Ta'ala adalah perbuatan syirik, meskipun perbuatan itu dilakukan kepada malaikat, seorang nabi utusan, atau kepada hambaNya yang shaleh.

[3]. Salah satu sendi utama ibadah ialah beribadah kepada Allah dengan penuh rasa cinta, rasa takut dan penuh harap dengan menyeluruh. Beribadah kepada Allah dengan sebagian daripadanya tanpa yang lain, juga kesesatan.

Salah seorang ulama mengatakan: "Barangsiapa yang beribadah kepada Allah hnya dengan rasa cinta maka dia seorang zindiq (orang yang sesat dalam agama dan menyimpang dari jalan kebenaran). Barangsiapa yagn beribadah kepada Allah hanya dengan rasa takut maka dia adalah seorang haruri [1] , dan barangsiapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan penuh harapan maka dia adalah seorang murji' [2]."

[4]. Patuh, tunduk dan taat secara mutlak kepada Allah dan rasulNya, Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam. Iman kepada Allah sebagai Hakim termasuk iman kepada-Nya sebagai Rabb dan Sesembahan. Tidak ada sekutu bagiNya dalam hukum dan perintahNya. Penerapan hukum yang tidak diijinkan Allah, berhukum kepada thaghut [3], mengikuti selain syariat Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam dan merubah sesuatu darinya adalah kufur. Siapa yang mengatakan, seseorang boleh keluar dari syariatnya maka dia kafir.

[5]. Menggunakan hukum yang bukan dari Allah adalah kufur akbar, yang bisa ; menyebabkan seseorang keluar dari Islam; dan bisa juga termasuk kufur duna kufrin yakni kufur yang tidak menyebabkan keluar dari Islam.

Kufur akbar terjadi bila patuh dan tunduk kepada hukum selain hukum Allah, atau menginjinkan penggunaan hukum tersebut. Sedangkan kufur duna kufrin, bila tidak menggunakan hukum Allah dalam suatu kejadian tertentu karena menuruti hawa nafsu, tetapi secara umum ia masih tetap patuh kepada hukum Allah.

[6]. Pembagian agama pada hakikat yang dikhususkan untuk orang-orang tertentu dan syariat yang hanya wajib diikuti orang-orang awam saja serta melakukan pemisahan urusan politik atau urusan lainnya dari agama adalah tindakan batil (tidak benar). Apapun yang bertentangan dengan syari;at, baik hakikat, politik maupun perkara lainnya maka hukumnya bisa kufur dan bisa pula sesat, sesuai dengan tingkatannya.

[7]. Tidak ada seroang pun yang dapat mengetahui sesuatu yang ghaib selain Allah Ta'ala semata. Mempercayai ada seseorang selain Allah yang dapat mengetahui hal-hal ghaib adalah perbuatan kufur, sekalipun dia mengimani bahwa Allah yang memberitahukan sebagian dari perkara ghaib kepada sebagian rasulNya.

[8]. Percaya kepada ahli nujum dan para dukun adalah kufur, sedangkan mendatangi dan pergi ke tempat mereka adalah dosa besar.

[9]. Wasilah yang diperintahkan di dalam Al Qur'an ialah apa yang mendekatkan seseorang kepada Allah Ta'ala, yaitu berupa amal ketaatan yang disyariatkan. Adapun tawassul (mendekatkan diri kepada Allah dengan cara tertentu ) ada tiga macam:

[a] Masyru' yaitu tawassul kepada Allah Ta'ala dengan asma dan sifat-Nya, dengan amal shaleh yang dikerjakannya, atau melalui doa orang shaleh yang masih hidup.

[b] Bid'ah yaitu mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala dengan cara yang tidak disebutkan dalam syari'at, seperti tawassul dengan pribadi para nabi dan orang-orang shaleh, dengan kedudukan mereka, kehormatan mereka, dan sebagainya.

[c] Syirik bila menjadikan orang-orang yang sudah meninggal sebagai perantara dalam ibadah, termasuk berdo'a kepada mereka, meminta hajat dan memohon pertolongan kepada mereka.

[10]. Berkah berasal dari Allah Ta'ala. Namun Allah mengkhususkan sebagian berkahNya kepada seorang hamba atau sesuatu makhluk yang dikehendakiNya. Oleh karena itu, seseorang atau sesuatu makhluk tidak boleh dinyatakan mempunyai berkah kecuali berdasarkan dengan dalil. Berkah artinya kebaikan yang banyak atau kebaikan yang tetap dan tidak hilang. Waktu-waktu yang mengandung keberkahan seperti malam lailatul Qadar. Adapun tempat yang ada berkahnya seperti masjid Al Haram, mesjid Nabawi dan masjid Al Aqsha. Benda yang ada berkahnya seperti air zamzam. Amal yang ada berkahnya adalah setiap amal shaleh yang diberkahi, dan pribadi yang ada berkahnya adalah seperti para nabi. Kita tidak boleh meminta berkah kepada manusia dan peninggalan mereka, kecuali kepada pribadi dan peninggalan nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam karena dalil yang ada hanya menyatakan demikian. Namun hal ini tidak berlaku lagi setelah wafatnya dan hilangnya barang peninggalan beliau.

[11]. Tabarruk (meminta berkah) termasuk perkara yang berdasarkan nash. Untuk itu tidak boleh tabarruk kepada sesuatu kecuali pada hal yang telah dinyatakan oleh dalil.

[12]. Mengenai pervbuatan yang dilakukan orang di kuburan dan ketika ziarah kubur ada tiga macam:

[a]. Masyru', yaitu ziarah kubur dengan tujuan untuk mengingat akhirat, untuk memberikan salam kepada ahli kubur dan mendoakan mereka.

[b]. Bid'ah, tidak sesuai dengan kesempurnaan tauhid. Ini merupakan salah satu sarana berbuat syirik, misalnya ziarah ke kuburan dengan tujuan untuk beribadah kepada Allah dan mendekatkan diri kepadaNya, atau bertujuan untuk mendapat berkah, menghadiakan pahala kepada ahli kubur, membuat bangunan di atas kuburan, mengecatnya dan memberinya lampu penerang. Juga termasuk perbuatan bid'ah bila menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah dan sengaja bepergian jauh untuk mengunjunginya. Masih banyak perbuatan lain yang dinyatakan telah terlarang dan tidak mempunyai dasar hukum dalam syariat.

[c]. Syirik bertentangan dengan tauhid, misalnya mempersembahkan salah satu macam ibadah kepada ahli kubur, sperti berdoa kepadanya sebagaimana layaknya kepada Allah meminta bantuan dan pertolongannya, bertawaf di sekelilingnya, menyembelih kurban dan bernazar untuknya, dan lain sebagainya.

[13]. Sesuatu yang menjadi wasa'il (sarana) dihukumi berdasarkan tujuan dan sasaran. Setiap sesuatu yang menjadi sarana menuju syirik dalam ibadah kepada Allah atau menjadi sarana menuju ibadah kepada Allah atau menjadi sarana menuju bidok'ah maka wajib dihentikan dan dilarang. Setiap perkara baru (yang tidak ada dasarnya) dalam agama adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah kesesatan.

[Disalin dari buku Mujmal Ushul Ahlis Sunnah wal Jama'ah fi Al 'Aqidah edisi Indonesia PRINSIP-PRINSIP AQIDAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA'AH, oleh Dr. Nashir bin Abdul Karim Al 'Aql, Penerbit GIP Jakarta]
_________
Foote Note
[1]. Haruri adalah seorang pengikut haruriyah, salah satu sekte dalam aliran khawarij yang mengatakan bahwa pelaku dosa besar adalah kafir dan di akhirat kekal di dalam neraka.
[2]. Murji' adalah seorang pengikut murji'ah, yaitu kelompok yang berpendapat bahwa amal tidak termasuk dalam kriteria iman dan iman tidak bertambah juga tidak berkurang. Mereka mengatakan, suatu dosa tidak berbahaya selama ada iman, sebagaimana suatu ketaatan tidak berguna selama ada kekafiran.
[3]. Thaghut adalah segala yang diperlakukan secara melampaui batas yang telah ditentukan Allah, misalnya dengan disembah, ditaati dan dipatuhi.